12/30/2010

Cerpen: 1000 Burung Kertas

Malam itu begitu dingin sedingin hati Narnia yang melamun. Ia terperangkap dalam lamunan yang sangat berarti baginya. Di taman yang penuh bunga ia duduk di bangku panjang. Melihat bintang-bintang dan angkasa. Hatinya sangat tentram, namun ia memikirkan sesuatu dalam lamunannya. Ia berkata dalam hati “ Tuhan jika engkau memberikan aku kesempatan, aku ingin melakukan hal yang lebih baik”.


Perkataan gadis mungil itu beralasan pada kehidupannya yang tak ada arti. Ia melewatkan hal-hal yang seharusnya dilakukan. Selama 16 tahun hidupnya ia melewati kesedihan dan tidak dapat masa-masa indah. Ia sangat menyesal terlalu larut. Ia sadar ia harus berubah saat ini juga. Setelah lamunannya di taman itu, Narnia bertekad akan menjadi kebanggaan keluarga dan melakukan hal baik.

Keesokan harinya ia memulai harinya dengan membuatkan sarapan untuk ayahnya. Ayahnya heran dengan sikap Narnia yang aneh. Sejak kecil ayahnya yang selalu membuat sarapan untuk mereka. 9 tahun lalu ia berpisah dengan ibu Narnia. Semenjak kejadian itu Narnia tertutup dan bertingkah semaunya. Baginya buat apa berbuat baik toh ibunya tetap meninggalkan dia. Inilah awal dari hidup Narnia yang diliputi kesuraman. Ayah Narnia berkaca-kaca di depan meja makan mengingat semua itu.

Narnia segera membereskan sarapan kemudian ia pergi ke sekolah. Hari ini dia datang pagi-pagi dan membantu teman-temannya membersihkan kelas. Tentu saja semua orang bingung dengan sikap Narnia. Tapi mereka senang mendengar Narnia mau berubah.

“Narnia,,,?” tanya Vika yang bingung saat sapunya direbut oleh Narnia.

“Biar aku saja,” sahut Narnia. Lantas ia membersihkan ruangan kelas IPA 1 tempatnya belajar.

Tak terasa seluruh sudut kelas sudah bersih, bel pun berbunyi. Saat belajar ia tidak lagi tidur di kelas, ia mendengarkan penjelasan Bu Mia guru yang biasanya ia benci.

“ Aduh” seru Narnia saat kepalanya ditimpuk oleh gumpalan kertas. Ia membuka kertas itu.

Hey, Narnia jelek,,,,,

Ia menoleh ke belakang melihat Rio menjulurkan lidahnya. Hatinya kesal melihat Rio, ia mengelus dadanya dan menghela nafas. Rio yang heran dengan Narnia tidak puas mengerjainya. Ia kembali menimpuk Narnia. Satu, dua, tiga, empat, bahkan lima buah gumpalan kertas dilemparnya. Narnia tetap tak bergeming. Bu Mia melihat kelakuan Rio, akibatnya Rio pun dihukum jongkok di depan kelas. Rio menjalani hukumannya dengan wajah bengong.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

“Dor.” Seru Rio. Ia sengaja mengagetkan Narnia yang duduk di bawah pohon dekat ruang multimedia.

“Eh, Rio. Bagaimana kakimu, pasti sangat lelah berjongkok sepanjang pelajaran:

“ Ini biasa saja, justru kamu yang luar biasa” goda Rio, perkataannya membuat bingung Narnia.

“ Hari ini sikapmu lain dari biasanya” lanjut Rio.

“ Ah, begitu ya”

“ Jadi kamu tidak menyadari itu. Come on Narnia,” Narnia hanya diam saja.

“ kamu masih tidak sadar juga?” tanya Rio yang sejak tadi mengernyitkan alisnya.

“ Apa?”

“ Lihat gaya bicaramu, bukankah kamu sering mengolok aku. Tapi hari ini kamu berkata dengan sangat sopan”

“ Benarkah? Klo gitu aku akan mengejekmu Popeye jongkok” sahut Narnia yang sejak tadi sedikit sekali berbicara. Ia mengejek Rio lalu berlari karena melihat muka Rio yang mengkerut.

“ Tunggu aku, kau pasti tertangkap” tandas Rio sambil mengejar Narnia. Mereka saling berkejaran dan tak ada satu pun yang hendak mengalah. Hingga Narnia tersungkur ke tanah. Rio segera menolong Narnia yang tak sadarkan diri.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

“Narnia” panggil ayahnya yang tersenyum manis menatap putrinya. Narnia masih bingung. Ayahnya menyuruh Narnia istirahat karena ia pingsan saat di sekolah. Untung saja Rio mengantarkannya pulang. ‘Ayah, aku tidak apa-apa” tutur Narnia.

“ Ayah tau, Narnia anak yang kuat. Tapi hari ini kamu istirahat saja. Besok ayah akan mengirimkan surat sakitmu” jelas Ayah dengan mengusap-usap kepala Narnia.

Narnia menuruti perintah ayahnya. Kepalanya sangat pusing jadi ia merasa harus beristirahat.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Tik, tok, tik, tok bunyi detak jam dinding di kamar Narnia. Tangan mungilnya asyik membuat burung-burung dari kertas. Burung kecil yang sangat lucu. Tadi pagi ayahnya membuatkan bubur ayam, jadi ia semangat untuk membuat burung-burung sahabatnya. Di kasur yang lumayan besar ia meletakkan burung-burung itu. Di sebelahnya nampak Buku Diary milik Narnia. Ia mengambilnya lalu menggoreskan beberapa kata dan menutupnya.

“ Hai Narnia, gimana kabarmu?” Rio tiba-tiba masuk menghampiri Narnia yang tergeletak di kamarnya. Narnia masih saja membuat burung dari kertas.

“ yah, seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja.” Ungkap Narnia dengan tubuh lemah terkulai.

“ Burung kertas ini bagus sekali. Bolehkah aku meminta satu.”

“ Tidak, aku susah payah membuatnya. Jika kau mengambilnya aku harus membuat lagi.”

“Bukankah ini sudah banyak untuk ukuran gadis mungil sepertimu?” tanya Rio. Ia melihat burung kertas yang dibuat Narnia sudah banyak, bahkan lebih banyak dari koleksi komiknya.

“ Aku berjanji akan melakukan satu kebaikan dengan menuliskannya di burung kertas. Aku ingin harapanku ini tersampaikan.” Jawab Narnia dengan wajah berseri.

“ Wah, kamu hebat Narnia. Kamu sudah melakukan banyak kebaikan.”

“ Ini tidak seberapa dibanding waktu yang telah kulewatkan selama 16 tahun ini.” Tutur Narnia. Wajahnya kini berubah seperti dipenuhi beban penyesalan.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

“Ayah, hari ini aku ingin mengajak Ayah berbelanja. Sudah lama Ayah tidak memperhatikan penampilan ayah!” seru Narnia berdiri di samping tubuh ayahnya.

“ Aku akan memilihkan sepatu dan baju untuk Ayah. Lalu kita pergi makan di restoran yang paling enak” lanjut Narnia.

“ Tentu saja apa yang tidak untuk putri ayah”

Narnia pergi dengan ayahnya ke Mall, sepanjang jalan ia membuat burung kertas. Ia senang hari ini telah berbuat baik. Ia menaruh lagi harapannya di burung kertas itu. Tak terasa olehnya ia melipat lebih dari 900 burung kertas. Ada sebuah dongeng tentang 1000 burung kertas yang mampu mengabulkan permintaan. Mendengar dongeng itu Narnia semakin bersemangat melipat kertas.

Tak terasa ia sudah sampai di Mall. Ia mengajak ayahnya berkeliling memilih pakaian. Ayahnya bingung karena tidak pernah shoping. Narnia sangat cerewet dalam memilih. “Yang ini tidak cocok untuk Ayah, warnanya terlalu gelap” begitulah Narnia mengomentari pilihan ayahnya sendiri.

Belanjaan Narnia terlalu banyak sehingga menyusahkan ayahnya. Demi putrinya, sang ayah rela membawakan seluruh belanjaan Narnia. Sepanjang jalan mereka bergurau.

“ Ayah apakah dulu ayah juga sering mendapat nilai jelek saat ulangan?”

“ Tentu saja tidak, ayah kan paling pintar di kelas”

“ Tapi nenek pernah bercerita bahwa Ayah selalu dihukum karna nilai ulangan.”

“ Ah, mungkin kamu salah dengar. Ayah dihukum bukan karena itu”

“ Lalu karena apa?”

“ Karena ayah memberikan jawaban pada teman” tipu ayah Narnia. Walaupun demikian Narnia tetap curiga dengan jawaban sang ayah. Ia hendak menggoda ayahnya lagi. Tapi mendadak pandangannya kabur. Ia melihat semuanya berputar dengan cepat hingga ia tersadar sudah berada di rumah sakit.

2 hari lamanya ia koma. Ayahnya tertekan mendengar hasil lab Narnia yang menunjukkan ia terkena tumor otak yang parah. Memang sudah lama ia mengamati putrinya mengeluhkan pusing. Pusing itu toh hilang setelah menelan sebutir pil obat. Ternyata penyakitnya itu sudah lama dan hendak merebut kehidupan Narnia. Narnia didiagnosa hanya akan bertahan 1 bulan saja jika ia tidak segera menjalani operasi. Namun kesempatan hidup Narnia sangat kecil.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

“ Bagaimana es krimnya? Pasti sangat enak.” Tanya Rio pada Narnia yang hanya tersenyum tipis. Bibirnya pucat, badannya pun lemas. Ia lahap menjilat es krim yang dibelikan oleh Rio. Dengan keadaannya sekarang ia hanya berada di kamarnya bersama burung-burung kertas.

“ Ini enak. Besok kamu mau menemani aku ke panti asuhan?” Narnia balik bertanya pada Rio. Rio terus memandangi wajah Narnia dengan pilu.

“ Tubuhmu lemah, apakah kau mampu. Ayahmu pasti akan melarang” Rio menggelengkan kepalanya.

“ Aku akan merayunya” ucap Narnia dengan bibir tipis merekah.

“Baiklah, apa ini termasuk harapan burung kertas yang kau buat?”

“ Ya,” jawab Narnia sambil melipat kertas berwarna biru. Walaupun ia sakit. Ia tetap dengan tekadnya melakukan kebaikan dengan terus dan terus membuat burung kertas sebagai pengharapan. Penyakitnya bukan halangan, ia ingin hidup lebih lama. Pengobatan dijalaninya dengan rasa sakit demi sedetik hidupnya.

Berbagai hal telah dilakukan di akhir bulan Desember ini. Termasuk pergi berjalan-jalan bersama Rio orang yang selalu ada di dekatnya. Ia juga sempat mengunjungi ibunya. Narnia telah memaafkan sikap ibunya selama ini. Narnia menginginkan kehidupan yang lebih baik. Hampir 1000 burung kertas dibuatnya. Narnia senang bisa menyelesaikan harapannya.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Hati Rio sedang berbunga-bunga. Begitu pula dengan seikat bunga mawar yang dibawanya. Hari ini ia memberi kejutan untuk Narnia. Rio yakin Narnia akan senang dengan hadiah yang diberikannya. Ia terus bersiul dan tersenyum sendiri.

Sesampainya di rumah Narnia perasaan Rio semakin tak karuan. Ia ingin menyatakan cintanya pada Narnia. Langkah kakinya bak prajurit yang kembali dari medan perang. Rio seorang prajurit yang berjuang mempertahankan cintanya. Tapi gadis itu tak kunjung tersenyum pada Rio. Rio menangis tatkala melihat Narnia yang tidak lagi menggoda atau mengejeknya. Ia melihat seribu burung kertas bertebaran di sekeliling Narnia. Satu burung kertas berwarna merah menarik hatinya yang pilu. Burung kertas itu ada di tangan Narnia. Ia membacanya dengan meneteskan air mata.

“ Harapanku yang terakhir adalah bersamamu. Ini bukti ketulusan cintaku”

Rio sangat sedih menghadapi kepergian Narnia. ia mengenang Narnia selamanya sebagai balasan ketulusan cinta yang diberikan Narnia. Narnia pasti bahagia karena telah menyelesaikan 1000 burung kertas.

END

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger