5/07/2014

Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang engkau dustakan?

Dosenku baru saja keluar dari ruang studioku. Wajahnya kecewa melihat jumlah kursi yang kosong lebih banyak dari biasanya. Maaf bu, kami baru saja ngeprint. Begitulah tutur kami. Tapi ibu hanya ingin melihat progress, begitulah ujarnya.

Bu, menyesal, sungguh menyesal, inginnya lebih baik. Aku punya alasan. Waktu yang lalu kuhabiskan berbaring dan berpejam mata. Hanya karena 2 hari ini mata, telinga, tenggorokan mengalami radang. Aktivitas apapun terganggu karenanya. Menyesal bu sungguh menyesal kenapa sakit harus datang.

Sore ini kubuka laptop selepas Ibu tadi keluar. Hendak refreshing sebentar membuka facebook. Melihat update-an terbaru siapa tau ada hal yang sangat menarik dan lucu. Tapi kalimat ini yang pertama kali kubaca :
Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang engkau dustakan?

Yah, salah satu teman mayaku mensharing postingan tentang perjuangan pedagang tuna daksa. Ketika beliau di usia produktifnya tak behenti berjuang walau dalam keterbatasan. Kacang 1000, Pulsa elektrik, Pulsa listrik. Slogan dalam kertas yang entah berapa usianya hingga terlihat lusuh. Berbekal tulisan ini beliau berkeliling dengan kursi rodanya sepanjang jalan.

Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang engkau dustakan?
Kalimat ini sangat menyentuh hatiku dan terus terngiang. Kejadian studio sore ini tak ada bandingannya dengan kejadian sang tuna daksa. Sakitku tak ada bandingannya dengan derita sang tuna daksa. Nikmat karunia yang kurasakan sangat cukup dan lebih. Hanya sakit sedikit nikmat yang berkurang, tidak seberapa, hanya 2 hari saja. Bukan separuh atau seumur hidupku.

Memutar kembali ingatan terdahulu. Sering kali aku melihat orang-orang yang mungkin kurang beruntung. Seketika rasa kurang atas nikmat Tuhan pun sirna saat itu. "Hamba serba kekurangan, hamba ingin seperti itu, hamba ingin seperti ini, hamba ingin lebih." Terlalu banyak rasa ketidakcukupan pada diri kita. Padahal masih banyak hamba Tuhan lainnya yang lebih kekurangan daripada kita.

Setiap hamba Tuhan diberikan karunia dan nikmat, kelebihan di atas hal yang aku sadari sebelumnya sebagai kekurangan dan perbedaan. Hikmah dan karunia Tuhan sangat sempurna, hanya saja disisakan satu sebagai penutup yang manis untuk kita. Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang engkau dustakan? Lagi-lagi kalimat ini terngiang Semoga tak hanya terngiang namun terpacu untuk bersyukur. Karena hidup ini indah, begitu pula studio sore ini. ^^ 

Isti IsWavy, Rabu, 30 April 2014 - 2:28 PM

flashbackk few weeks ago : Mumet Studioooo

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger